Saturday 2 January 2016

Lima Strategi Pembelajaran Kontekstual menurut Crawford

Aliran konstruktivisme dalam teori pendidikan menyatakan bahwa agar siswa dapat benar-benar memahami materi pembelajaran, tidak hanya menghafal atau mengingatnya, maka pembelajaran harus bersifat kontekstual (sesuai dengan konteks kehidupan siswa). Crawford bahkan menyebutkan bahwa kontekstualitas pembelajaran adalah jantung dari proses belajar di sekolah. Sama seperti yang diungkapkan oleh John Dewey bahwa sekolah tidak boleh dilepaskan dari kehidupan masyarakat.

Dalam artikel ini akan diuraikan mengenai bagaimana strategi yang dapat digunakan guru untuk membuat pembelajaran menjadi kontekstual. Crawford (2001) menyebutkan ada lima strategi pembelajaran kontekstual.

1. Strategi Menghubungkan (Relating)

Strategi menghubungkan merupakan startegi kontekstual yang paling kuat. Pada strategi ini guru menghubungkan konsep yang baru diberikan dengan sesuatu yang telah dipahami siswa (benar-benar familier pada siswa). Jika strategi ini berhasil maka siswa akan merasakan suatu efek pemahaman yang tiba-tiba, sehingga bisa jadi akan muncul ungkapan, "oh begitu maksudnya," atau "aha!"

2. Strategi Mengalami (Experiencing)

Strategi kedua ini cocok pada kondisi siswa belum memiliki pengalaman atau pengetahuan yang berhubungan dengan konsep baru yang akan diajarkan. Pada strategi ini guru harus merancang suatu aktivitas (learning by doing) yang akan memberi siswa suatu pengalaman langsung mengenai konsep yang akan diajarkan tersebut. Aktivitas tersebut dapat berupa pengamatan, pemecahan masalah, aktivitas laboratorium atau memanipulasi suatu obyek.

Contoh Strategi Experiencing dengan Memanipulasi Obyek

3. Strategi Menerapkan (Applying)

Strategi pembelajaran kontekstual yang ketiga adalah menerapkan (applying). Guru dapat memberikan berbagai aktivitas yang membuat siswa menerapkan konsep yang baru diajarkan. Sebenarnya tugas dalam belajar adalah sesuatu yang sudah lumrah. Namun Crawford menjelaskan bahwa dalam strategi kontekstual, tugas yang diberikan guru harus memiliki dua karakter yaitu menyajikan kondisi yang realistis (nyata) dan menampilkan bagaimana suatu konsep digunakan dalam kehidupan seseorang.

4. Strategi Kerja Kooperatif (Cooperating)

Masalah yang bersifat nyata biasanya adalah masalah yang kompleks dan membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Masalah-masalah seperti ini seringkali tidak mampu diselesaikan oleh siswa secara individual. Untuk itu strategi yang keempat yaitu membentuk kelompok kerja siswa agar mereka dapat bekerja sama menyelesaikan masalah kompleks. Dalam kerja kelompok yang efektif akan terjadi pembagian kerja yang membuat semua anggota tim memiliki peran bagi kelompok. Namun sayangnya, banyak terjadi kelompok kerja yang tidak kooperatif.

5. Strategi Transfer (Transferring)

Strategi stransfer adalah pemberian tugas-tugas tambahan yang tidak mungkin dilakukan di kelas agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Tugas ini bukan lagi berupa aktivitas-aktivitas seperti di sekolah yang hanya dilakukan di rumah. Tugas dalam transfer berarti melakukan aktivitas yang membuat pemahaman mereka benar-benar berubah (lebih mendalam lagi).

Berikut ini adalah contoh penelitian mengenai bagaimana penerapan dan inovasi pembelajaran kontekstual yang dapat anda download http://metastead.com/1whl

Untuk mengenali dan mendalami lima strategi kontekstual lebih baik, dipersilahkan untuk membacanya pada buku berikut:

Crawford, Michael L. 2001. Teaching Contextually. Waco: CORD

No comments:

Post a Comment