Thursday 21 January 2016

Teori Erikson tentang Rasa Percaya dalam Jiwa Anak

Jiwa manusia mengalami perkembangan sesuai dengan berbagai pengalaman sosial yang dialaminya. Erik Erikson, salah seorang ahli psikologi perkembangan, menyatakan bahwa perkembangan kejiwaan manusia pada dasarnya adalah proses adaptasi antara seorang manusia dengan kondisi sosial di sekitarnya. Tuntutan masyarakat bagi seseorang untuk mengembangkan suatu karakter kejiwaan yang positif (sesuai dengan kebutuhan masyarakat) pada akhirnya akan melahirkan individu-individu yang berhasil atau gagal.

Perkembangan kejiwaan (psikis) yang sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial membuat teori Erikson disebut dengan teori perkembangan psikososial. Menurutnya manusia sepanjang hidup harus menghadapi konflik-konflik kejiwaan dalam menghadapi tuntutan peran di masyarakat. 

Perkembangan kejiwaan yang paling penting adalah pada fase paling awal dalam kehidupan manusia yaitu saat masih bayi (kira-kira hingga usia satu tahun) . Pada fase awal ini menurut Erikson seorang bayi akan mengalami konflik kejiwaan antara rasa percaya (trust) dengan rasa tidak percaya (mistrust). Karakter manakah yang akan berkembang pada jiwa anak sangat dipengaruhi oleh perlakuan pengasuh (terutama ibu atau pengganti ibu) terhadap anak tersebut.

Kasih Sayang Pengasuh (Orang Tua) di Awal Kehidupan Anak Sangat Mempenagaruhi Perkembangan Kejiwaannya di Masa Depan

Jika pengasuh memperlakukan sang anak dengan penuh kasih sayang, memenuhi kebutuhan fisik, selalu mengajak anak berkomunikasi, tersenyum dan memberi perlakuan hangat, maka pada diri anak akan tumbuh rasa percaya yang kuat. Perhatian non fisik jauh lebih penting daripada perhatian fisik seperti memberi makan, minum dan pakaian. Sebaliknya, jika pengasuh bersikap tidak peduli, menolak, dan hanya sesekali memperlakukan secara hangat (tidak konsisten) maka pada diri anak akan tumbuh rasa tidak percaya.

Berdasarkan penelitian Erikson dan para ahli sesudahnya, anak-anak yang pada masa awal hidupnya lebih didominasi rasa tidak percaya, maka kecenderungannya ia akan menjadi tertutup dan sulit untuk menjalin hubungan, baik dengan keluarga, teman-teman ataupun orang lain. Di dalam dirinya seperti telah tertanam bibit untuk tidak percaya, curiga dan menganggap dunia di sekitarnya adalah berbahaya. Karakter ini dapat bertahan sepanjang hidup, hingga ia menjadi pribadi yang tertutup, selalu curiga dan berprasangka buruk terhadap orang lain. Kita sering melihat bagaimana dalam sebuah keluarga yang tidak harmonis atau juga lembaga sosial yang lain, salah satu indikatornya adalah sulitnya untuk percaya antara satu dengan yang lain.

Kebutuhan kasih sayang di masa awal kehidupan seorang anak sangat penting. Rasa percaya dan keberanian mereka untuk berinteraksi dan melakukan banyak hal di kemudian hari ternyata banyak dipengaruhi oleh periode awal tersebut. Sedangkan cukupnya kasih sayang orang tua dipengaruhi oleh kedewasaan dan keharmonisan pada keluarga tersebut.


Buku Rujukan:
Shaffer, David R. 2009. Social and Personality Development. Edisi Enam. Belmont: Wadsworth Cengage Learning

No comments:

Post a Comment