Monday 11 January 2016

Fakta dan Dugaan pada Komunikasi Guru-Siswa

Komunikasi menentukan kualitas pembelajaran yang terjadi baik di kelas maupun di luar kelas. Seperti yang telah kita ketahui bersama, berbagai aktivitas pengajaran dan pembimbingan oleh guru kepada siswa dilakukan melalui perantara komunikasi. Selain itu komunikasi juga sangat berperan untuk membentuk ikatan emosional sehingga sekolah berubah menjadi seperti keluarga. Terjadi hubungan yang erat antara guru sebagai orang tua dengan para siswa sebagai anak-anaknya.

Salah satu keterampilan berkomunikasi yang dapat mendekatkan hubungan emosional adalah kemampuan untuk membedakan dengan jelas antara fakta dan dugaan. Mencampur-adukkan keduanya akan menghasilkan interaksi yang kurang tepat, bahkan buruk. Pada akhirnya kelas atau sekolah hanya akan menjadi struktur yang penuh konflik dan rasa tidak saling percaya, baik guru dengan siswa atau antar siswa.

Komunikasi yang Baik akan Membuat Sekolah Seperti Keluarga

Bagaimana fakta dan dugaan dapat mempengaruhi relasi psikologis? Fakta adalah informasi yang kita peroleh melalui pengamatan secara langsung atau tidak langsung (dari sumber yang valid). Sedangkan dugaan adalah pemahaman atau interpretasi kita melebihi fakta-fakta (belum pasti). Misalnya ketika kita melihat seorang siswa tiga kali datang terlambat, maka siswa tersebut tiga kali terlambat adalah fakta. Namun jika kita berpikir bahwa siswa tersebut adalah seorang yang pemalas maka itulah dugaan. Kenyataannya dugaan bisa benar namun juga bisa salah. Boleh jadi siswa itu terlambat bukan karena malas namun beberapa minggu terakhir ibunya sakit sehingga ia harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumah sebelum berangkat.

Menyadari bahwa bahwa sesuatu itu adalah fakta atau masih dugaan adalah penting. Karena sikap kita terhadap orang lain dipengaruhi oleh pemahaman kita akan orang tersebut. Jika kita menyadari bahwa pemahaman kita masih sebatas dugaan saja maka sikap kita kepadanya akan berbeda dengan ketika kita meyakini bahwa sesuatu itu adalah fakta. Contohnya adalah pada kasus siswa terlambat di atas. Guru yang terlalu cepat mengambil dugaannya sebagai fakta akhirnya akan menghukum atau memvonis siswa bersalah. Padahal kenyataannya siswa tersebut justru sangat berbudi (karena peduli pada ibunya yang sakit)

Seringkali guru mengajarkan aktivitas pengamatan kepada siswa, namun dalam kehidupan sehari-hari justru mudah terjebak pada sikap berdasarkan dugaan yang dangkal. Kita harus berlatih untuk hati-hati terhadap dugaan atau prasangka. Caranya adalah dengan memperbanyak informasi atau pengamatan untuk memperoleh fakta-fakta yang akan memverifikasinya.


Buku Rujukan:
Wood, Julia T. 2009. Communication in Our Lives. Edisi Lima. Boston: Wadsworth Cengage Learning

No comments:

Post a Comment