Monday 29 January 2018

Pandangan Ki Hadjar Mengenai Ilmu yang Harus Dikuasai Pendidik



Setiap orang tua pasti memiliki suatu naluri mendidik atau pedagogical instinc. Kita tidak menginginkan anak-anak mengalami kehidupan yang sulit di masa depan. Oleh karena itulah, dengan berbagai cara atau sikap yang mungkin berbeda, setiap orang tua akan berusaha mendidik anak-anaknya. 

Namun naluri pendidikan saja tidak cukup. Banyak kita temui orang tua yang salah mendidik anak-anaknya. Apa yang dilakukan justru tidak berakibat sesuai dengan keinginan. Contohnya, anak yang berkonflik dengan teman-temannya tidak diajari mengatasi konflik tersebut, melainkan langsung ikut campur dalam pertengkaran. Orang tua ingin membela si anak, namun cara yang dipilih membuat anaknya tidak mandiri dan tidak mampu mengatasi konflik.

Ki Hadjar menyarankan perlulah para pendidik mempelajari ilmu-ilmu yang penting, agar proses pendidikan yang dilakukan berjalan sistematis dan tidak salah arah. Ada lima ilmu yang harus dikuasai para pendidik menurut beliau yaitu:
  1. Ilmu jiwa manusia (psikologi)
  2. Ilmu fisik manusia (fisiologi)
  3. Ilmu kesopanan (etika)
  4. Ilmu keindahan (estetika)
  5. Ilmu tata cara mengajar
Ilmu yang pertama dan kedua dibutuhkan pendidik agar ia mengetahui bagaimana sifat dan karakter manusia baik lahir dan batinnya. Karena pendidikan adalah usaha yang dilakukan pada diri manusia. Sedangkan ilmu yang ketiga dan keempat akan memberikan pengetahuan pada pendidik mengenai arah pendidikan, yang menurut Ki Hadjar utamanya adalah keindahan batin (etika) dan keindahan lahiriah (estetika).

Ilmu yang kelima akan memberikan keterampilan kepada pendidik tentang bagaimana metode yang terbaik untuk melakukan pendidikan. Para ahli telah mempraktikkan dan mengevaluasi berbagai jenis metode, dari itu para pendidik bisa mempelajarinya dan memilih mana yang dirasa sesuai.

Di jaman ini ilmu pengetahuan telah sedemikian berkembang, sehingga para pendidik harus dapat menyesuaikan diri. Muncul ilmu-ilmu lain yang juga harus dikuasai misalnya yang paling mudah adalah ilmu tentang teknologi informasi. 

Referensi:
Dewantara, Ki Hadjar. (2004). Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa

Gambar:
https://pixabay.com

Thursday 18 January 2018

Kartini dan Hak Belajar Perempuan


Tokoh pendidikan, khususnya perempuan, Indonesia tidak akan lepas dari nama Kartini. Seorang perempuan jawa yang hari lahirnya kita peringati bersama, untuk menapaktilasi perjuangannya untuk menuntut hak belajar bagi para perempuan Indonesia yang saat itu belum diakui.

Kartini lahir di Rembang pada tanggal 21 April 1879. Ia adalah anak Bupati Rembang, Raden Mas Adipati Aria Sosroningrat. Meskipun anak seorang bupati, kartini tetaplah seorang perempuan yang saat itu tidak diperbolehkan belajar atau bersekoah. Cita-citanya adalah menjadi dokter, namun tentu saja tidak bisa karena ia sudah tidak diperkenankan sekolah setelah usia 12 tahun.

Kartini gemar membaca dan menulis. Ketika dipingit, ia melampiaskan keinginannya untuk belajar dengan membaca buku-buku belanda yang diperolehnya dari kenalan ayahnya. Ia menulis surat-surat yang berisi berbagai kegalauan pikirannya terkait nasib para perempuan Indonesia sebagaimana yang dialaminya. Surat-surat dengan beberapa sahabatnya dari Belanda itulah yang nantinya akan diterbitkan setelah Kartini meninggal dan banyak menginspirasi para pembaca tidak hanya di Indonesia tetapi juga masyarakat Eropa.

Sebagai seorang muslim kartini mengaji Al Qur'an. Saat itu ia mengaji pada seorang ulama bernama Kyai Sholeh Darat. Ketika Kartini menanyakan apakah perempuan juga diperbolehkan menuntut ilmu, Kyai Sholeh membacakan ayat-ayat iqra' yang memerintahkan umat islam untuk membaca (belajar). Kartini menjadi lebih semangat untuk belajar dan juga mendirikan sekolah khusus untuk perempuan. Perjuangannya didukung oleh suaminya, yaitu Bupati Rembang Adipati Joyodiningrat.

Sayangnya Kartini tidak berumur panjang. Ia meninggal pada usia 25 tahun setelah melahirkan anak pertamanya. Setelah meninggal, sahabatnya dari Belanda mengumpulkan surat-surat Kartini dan menerbitkannya menjadi sebuah buku. Kemudian buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Meskipun berumur pendek namun pemikiran mendalam dan cita-cita Kartini tetap terasa hingga sekarang.

Referensi:
Aning, Floriberta. (2005). 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia. Yogyakarta: Narasi.
https://nasional.tempo.co/amp/868170/cerita-kartini-terenyuh-surat-al-fatihah

Gambar
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kartini

Saturday 13 January 2018

Pendidikan Anak menurut Friedrich Froebel

Nama Froebel sangat dikenal di kalangan para pendidik, terutama di tingkat prasekolah. Ia disebut sebagai bapak pendidikan anak atau bapak taman kanak-kanak (kindergarten). Frobel lahir di Jerman, hidup dari tahun 1782-1852. Masa kecilnya yang sulit membuatnya sangat peka terhadap penderitaan yang dialami anak-anak.

Di masa Froebel, pendidikan anak menerapkan pendisiplinan yang ketat. Pembelajaran dilakukan terutama dengan menghafal dan memahami isi buku-buku. Anak mulai memasuki sekolah pada usia tujuh tahun.

Konsep pendidikan yang sangat mempengaruhi Froebel adalah konsep pendidikan dari Pestalozzi yang dipelajarinya saat di perguruan tinggi, kemudian diperkuat ketika ia sempat mengajar di sekolah yang menerapkan konsep Pestalozzi. Konsep tersebut lebih mengutamakan pembelajaran aktif dan kooperatif pada siswa. Selain itu pembelajaran dirancang seperti layaknya interaksi antara orang tua dan anak-anaknya yang penuh kasih sayang. Sangat berbeda dengan praktik pendidikan anak saat itu.

Dalam konsep Pestalozzi dan Froebel, pendidikan bagi anak harus disesuaikan dengan kodrat alami mereka. Jangan melalui proses paksaan. Anak-anak memiliki potensi sejak lahir yang harus dituntun untuk dapat berkembang  penuh.


Froebel akhirnya mendirikan sekolahnya sendiri. Ketika ia menyadari bahwa anak-anak usia tujuh tahun yang baru masuk ternyata kesulitan untuk mengikuti pelajaran, maka mulai Froebel mendirikan pendidikan untuk anak-anak prasekolah, mulai dari usia tiga tahun. Kindergarten pertama didirikannya pada tahun 1840, dengan prinsip dasar belajar melalui permainan dan aktivitas yang menyenangkan. Tidak lama setelah itu model pendidikan kindergarten Froebel terkenal sehingga banyak lembaga sejenis yang didirikan.

Hingga kematiannya, Froebel masih banyak mengembangkan bahan-bahan pembelajaran untuk kindergarten seperti balok susun dan nyanyian-nyanyian anak untuk belajar konsep tertentu. Kini pendidikan prasekolah telah berkembang dan tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Pustaka:

Hewes, D.W. (2007). Froebel, Friedrich. Early Childhood Education, an International Encyclopedia. London: Praeger.