Monday 5 September 2016

Perkembangan Fisik dan Pengalaman Belajar Anak

Lindon (2010) menyatakan bahwa anak-anak pada usia dua tahun berpikir dengan otot mereka, bukan dengan otak. Ungkapan ini tentu memunculkan tanda tanya bagi kita, tentunya ada karakter yang khusus pada diri anak-anak terkait dengan perkembangan mereka. Kata otot sebagai organ berpikir tentu memiliki makna bahwa organ tersebut berperan penting bagi anak pada usia dua tahun.

Anak-anak belajar terutama melalui interaksi mereka secara fisik dengan lingkungan. Lihatlah bagaimana senangnya mereka memainkan obyek-obyek baru seperti mainan atau bahkan alat-alat rumah tangga yang digunakan oleh orang tuanya. Ketika seorang anak memegang sebuah sapu, jangan bayangkan bahwa ia akan menggunakan sapu tersebut sebagaimana mestinya (membersihkan lantai). Tidak, lihatlah bagaimana mereka akan memanipulasi sapu itu untuk berbagai aksi, misalnya sebagai pedang, pemukul lantai, atau bahkan sebagai kuda-kudaan. Semua benda di tangan anak-anak akan berubah fungsi.

Sejak bayi, anak-anak telah tertarik dengan berbagai benda di sekitar mereka, terutama benda-benda yang baru dan aneh. Mereka ingin menyentuh, memegang dan bahkan merasakan semua benda yang mereka lihat. Mereka bereksperimen dengan dunia di sekitarnya. Menurut penelitian (Lindon, 2010) diketahui bahwa berbagai interaksi anak dengan benda-benda di sekitarnya akan menstimulasi koneksi antar neuron di otak. Ketika interaksi tersebut dilakukan berulang-ulang maka koneksi antar neuron akan menjadi semakin kuat.

Anak-anak juga tidak suka diam. Mereka akan selalu bergerak, selama tubuhnya masih memiliki energi. Gerakan fisik pada anak-anak akan memunculkan semangat pada diri mereka. Karena itu seorang guru atau orang tua ketika mengajari anak-anak prasekolah harus memperhatikan sifat ini. Sajikan belajar melalui permainan yang membuat mereka bergerak.

Mengajak anak ke alam terbuka yang penuh dengan obyek-obyek alami serta membiarkan mereka bermain dan bergerak bebas dengan demikian sangat baik untuk perkembangan fisik, emosional dan kognitifnya. Gerakan bebas mereka akan menguatkan dan meningkatkan kemampuan motorik, bersamaan dengan itu mereka akan mengalami emosi positif. Yang terakhir, interaksi semua obyek akan menginduksi koneksi antar neuron di otak.

Aktivitas outdoor sangat baik untuk fisik, emosi dan kognisi anak

Salah satu prinsip belajar yang diterapkan pada masa anak-anak disebut hands-on learning, yaitu belajar dimana anak-anak secara aktif melakukan aktivitas-aktivitas motorik yang bervariasi dan menyenangkan. Lebih lanjut Elinor Goldschmied, Anita Hughes dan Gwen Macmichael mengembangkan heuristictic play. Pada aktivitas tersebut anak-anak akan dihadapkan pada bahan-bahan recycle yang bida dimanfaatkan untuk bermain (namun bukan berupa mainan jadi yang biasa digunakan). Guru atau orang tua mengamati dan membantu jika dibutuhkan. Dengan aktivitas tersebut diharapkan daya imajinasi, kreativitas dan sekaligus kemampuan fisik anak berkembang dengan pesat.


Buku Rujukan:
Lindon, Jennie. 2010. Understanding Child Development, Linking Theory and Practice. Edisi Kedua. London: Hodder Education.

No comments:

Post a Comment