Saturday 12 December 2015

Keterampilan Proses Dasar dalam Sains

Masyarakat di Indonesia umumnya mengartikan ilmu pengetahuan atau sains sebagai kumpulan informasi, konsep-konsep atau yang paling naif ditandai dengan banyaknya rumus. Karena itulah, akhirnya mengajarkan sains berarti mengajarkan fakta-fakta, konsep atau bahkan rumus-rumus kepada peserta didik. Semakin banyak siswa mengingat dan memahami fakta, konsep dan rumus maka semakin berhasil seorang guru mengajarkan sains.

Sains bukan hanya sekedar pengetahuan atau konsep-konsep saja. Itu masih sebagian dari sains, disebut dengan scientific knowledge atau pengetahuan ilmiah. Bagian lain dari sains yang juga harus diajarkan adalah sikap ilmiah (scientific attitude) dan keterampilan ilmiah (scientific skill) atau lebih dikenal dengan keterampilan proses.

Keterampilan proses apakah ini?

Artikel ini akan membahas mengenai keterampilan proses dalam sains. Yaitu keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk menghasilkan konsep atau informasi ilmiah. Ilmu pengetahuan sebenarnya dilahirkan dari proses para ilmuwan menghadapi masalah-masalah nyata dalam kehidupan mereka. Karena itulah keterampilan proses ini juga sangat bermanfaat bagi siapapun, ketika menghadapi permasalahan-permasalahan kesehatan, lingkungan, sosial dan teknologi. 

Terdapat banyak jenis keterampilan proses yang dimiliki oleh para ilmuwan. Namun untuk siswa sekolah, umumnya yang diajarkan adalah keterampilan proses dasar. Ada enam keterampilan proses dasar dalam sains yaitu:
  1. Mengamati, yaitu keterampilan untuk mendapatkan informasi mengenai suatu obyek atau fenomena dengan menggunakan indera. Hasil dari pengamatan adalah menjawab pertanyaan apa dan bagaimana. Namun sebaiknya tidak mengarah kepada kesimpulan akhir yang menjawab pertanyaan mengapa. Pada pengamatan tertentu biasanya ilmuwan menggunakan alat bantu seperti misalnya mikroskop untuk benda yang sangat kecil dan teleskop untuk benda-benda jauh. 
  2. Melakukan inferensi, yaitu keterampilan untuk membuat penjelasan mengenai suatu obyek atau fenomena berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari pengamatan. Sinonim dari inferensi yang banyak digunakan adalah spekulasi dan hipotesis. Berbeda dengan pengamatan yang menghasilkan fakta, inferensi menghasilkan pendapat atau opini yang kuat berdasarkan fakta-fakta.
  3. Mengklasifikasi, yaitu keterampilan untuk mengorganisasikan obyek-obyek ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kriteria tertentu. Salah satu tugas ilmuwan adalah menjelaskan pola-pola kejadian atau obyek di alam. Mereka melakukannya didasari oleh keterampilan klasifikasi.
  4. Mengukur, yaitu keterampilan untuk melakukan pengamatan secara kuantitatif yang biasanya menggunakan alat ukur seperti penggaris, meteran, neraca dan termometer. Perlu diketahui bahwa pengukuran harus menggunakan alat ukur yang terstandarisasi. Hal ini dapat menjaga hasil pengukuran yang sama walaupun dilakukan oleh orang yang berbeda.
  5. Meramalkan (prediksi), adalah keterampilan untuk membuat pernyataan mengenai sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Untuk membuat sebuah prediksi kita harus mengetahui pola-pola peristiwa secara jelas. Akurasi atau ketepatan dari sebuah prediksi sangat dipengaruhi oleh pengamatan, klassifikasi hingga inferensi yang dilakukan sebelumnya.
  6. Melakukan komunikasi, yaitu keterampilan untuk hasil pengamatan, pengukuran, klasifikasi hingga prediksi kepada orang lain dalam bentuk tertulis maupun lisan. Keterampilan ini adalah aspek sosial dari sains. Hasil-hasil kerja dalam sains adalah untuk kepentingan masyarakat luas, oleh karena itu harus dikomunikasikan.
Buku Rujukan:
Settlage, John. Southerland, Sherry A. 2007. Teaching Science to Every Child, Using Culture as a Starting Point. New York: Taylor and Francis Group

No comments:

Post a Comment