Sunday 13 December 2015

Anjing pun bisa Mengajari Manusia, Teori Pengkondisian Klasik

Manusia dapat belajar dari apapun yang diamatinya. Langit, bintang, bulan, gunung-gunung, lautan, tumbuhan dan juga hewan. Semua fenomena alam pada dasarnya adalah ayat yang menunjukkan kemahakuasaan Allah yang dapat kita petik hikmahnya. Contoh populer tokoh yang belajar dari alam adalah Newton yang mendapat hikmah dari jatuhnya sebutir apel. Dalam tulisan ini kita akan mengulas bagaimana Ivan Pavlov, sang maestro psikologi perilaku, mencetuskan teori pengkondisian klasik dari seekor anjing.

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) merupakan ahli fisiologi hewan dari Rusia. Teori pengkondisian klasik yang merupakan bidang psikologi pendidikan, sebenarnya merupakan "kecelakaan" ketika pavlov sedang melakukan riset mengenai fisiologi pencernaan anjing. Secara tidak sengaja pengamatannya terhadap perilaku makan anjing memberikan ide tentang suatu proses belajar yang juga dapat diterapkan pada kehidupan manusia.

Pavlov mengamati bahwa anjing yang sedang lapar dan melihat makanan yang dibawa oleh petugas akan mengeluarkan air liur. Hal tersebut sudah biasa, bahkan kita manusia pun biasa mengeluarkan liur ketika melihat makanan enak dan sedang lapar. Namun yang menarik perhatian Pavlov adalah kenyataan bahwa lama-kelamaan anjing yang ditelitinya akan mengeluarkan air liur ketika mengetahui bahwa petugas datang (walaupun petugas tersebut tidak membawa makanan). Anjing menjadi terbiasa dengan petugas yang membawa makanan sehingga kehadiran petugas juga memberinya pengaruh seperti makanan.

Rumusan dari teori pengkondisian klasik Ivan Pavlov adalah sebagai berikut:
  1. keberadaan stimulus tak terkondisi, yaitu sesuatu yang secara alami dapat memicu atau merangsang munculnya respon. Dalam hal ini diwakili oleh makanan yang secara alami akan memicu respon keluarnya air liur.
  2. Keberadaan respon tak terkondisi, adalah respon yang muncul secara alami ketika stimulus tak terkondisi muncul. Dalam penelitian Pavlov diwakili oleh keluarnya air liur pada anjing.
  3. Keberadaan stmulus netral, yaitu sesuatu yang datangnya bersamaan dengan stimulus tak terkondisi dan secara alami tidak merangsang munculnya respon tak terkondisi. Dalam penelitian pavlov diwkili oleh petugas pembawa makanan.
  4. Perubahan stimulus netral menjadi stimulus terkondisi. Seringnya stimulus tak terkondisi dihadirkan bersamaan dengan stimulus netral pada akhirnya membuat stimulus netral juga dapat merangsang munculnya respon. Saat itulah stimulus netral telah berubah menjadi stimulus terkondisi. Pada penelitian Pavlov ditunjukkan oleh kehadiran petugas yang ternyata juga membuat anjing mengeluarkan air liur.
  5. Perubahan respon tak terkondisi menjadi respon terkondisi. Respon yang sebelumnya hanya dipengaruhi oleh stimulus tak terkondisi (alami) akhirnya juga dipengaruhi oleh stimulus terkondisi. Air liur pada anjing yang juga keluar ketika petugas hadir menunjukkan telah menjadi respon terkondisi.
Teori pengkondisi klasik ini sangat bermanfaat bagi guru yang ingin memunculkan semangat belajar pada siswanya. Terlebih dahulu guru mencari stimulus tak terkondisi pada diri siswa misalnya siswa senang cerita lucu.  Jika secara konsisten guru menghadirkan cerita lucu yang berkaitan dengan pelajaran setiap kali masuk, kemungkinan besar kehadiran dirinya (guru mata pelajaran tertentu) akan berubah dari stimulus netral menjadi stimulus terkondisi. Akibatnya siswa sudah memiliki semangat sebelumnya (sehingga mempersiapkan diri lebih baik) ketika anda akan mengajar.

Memasukkan kegiatan yang disukai anak dalam pembelajaran adalah contoh pengkondisan belajar

Para guru sekalian tentu dapat menggunakan prinsip ini dengan berbagai variasi yang sesuai kondisi siswa masing-masing. Semoga bermanfaat.


Buku Rujukan:
Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories, an Educational Perspective. Edisi Enam. Boston: Pearson


No comments:

Post a Comment