Friday 2 September 2016

Interaksi Sosial yang Positif antara Guru dan Siswa

Guru sebagai pembimbing dan pengajar bukanlah sosok yang benar-benar terpisah dari para siswa. Dalam falsafat pendidikan nasional kita kenal satu prinsip ing madyo mangun karso yang berarti di tengah-tengah para siswa seorang guru dapat membangun dan menguatkan kemauan siswa untuk belajar. Dalam prinsip ini seorang guru harus bisa berada di antara siswa, dalam arti menjalin suatu hubungan dan interaksi sosial yang positif dengan mereka.

Berdasarkan hasil penelitian, interaksi sosial yang positif tidak hanya memberi mereka semangat untuk belajar. Melalui interaksi tersebut akan terbangun suatu rasa percaya diri, serta rasa ikut memiliki terhadap kelas dan proses pembelajaran yang dilakukan (Stronge, 2007).

Relasi positif antara guru dan siswa dapat meningkatkan semangat dan percaya diri siswa

Bagaimana cara agar guru dapat menjalin suatu interaksi sosial yang positif dengan siswa? Sehingga melalui interaksi tersebut akhirnya siswa akan lebih bersemangat dan memiliki kemauan yang kuat untuk belajar. Dan berproses menjadi manusia dewasa seperti yang diharapkan masyarakat. Dalam artikel ini akan diketengahkan beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru untuk menjalin interaksi sosial yang positif dengan siswa. 

Berdasarkan beberapa penelitian (dalam Stronge, 2007) berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan guru untuk menjalin interaksi sosial yang positif dengan siswa:
  1. Berupaya untuk bersikap bersahabat dengan siswa secara konstan (artinya tidak hanya sewaktu-waktu).
  2. Dalam pembelajaran, seringkali guru bekerja bersama siswa, tentu saja dengan pembagian peran yang tepat.
  3. Memberi siswa tanggung jawab dan juga rasa hormat sebagaimana layaknya seorang dewasa (terutama bagi mereka yang mulai menginjak masa remaja).
  4. Melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Misalnya pada penentuan tema aktivitas atau beberapa hal yang akan dilakukan sepanjang proses pembelajaran yang akan berpengaruh pada kesuksesan proses tersebut. Contoh lain adalah adanya sesi penyampaian pendapat dan kritikan mengenai proses belajar yang telah dilalui.
  5. Guru yang efektif memiliki (dan berusaha meluangkan) waktu untuk berinteraksi dengan siswa, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. 
  6. Belajar untuk menggunakan humor dalam interaksi dengan siswa. Tentu saja humor yang digunakan memperhatikan aspek kepantasan (etika) dan tidak mengganggu tujuan utama pembelajaran.
Langkah-langkah di atas tentu dapat mengalami variasi dalam penerapannya. Guru memiliki karakter khusus yang membutuhkan penyesuaian dengan diri siswa atau kondisi sekolah. Dalam proses adaptasi tersebut butuhkan ketelitian, perenungan dan kesabaran.


Buku Rujukan:
Stronge, James H. 2007. Qualities of Effective Teachers. Edisi Kedua. Alexandria: ASCD

No comments:

Post a Comment