Friday 26 February 2021

Kisah Archimedes: Contoh Seni Pembelajaran Sains yang Menggugah

Pembelajaran sains yang to the point, artinya guru langsung menyajikan konsep-konsep atau hukum dalam sains yang bersifat abstrak dan seringkali dipenuhi bahasa matematis membuat siswa beranggapan bahwa sains adalah pelajaran yang "menyeramkan" sulit dan membosankan. Padahal konsep-konsep dalam sains lahir dari hidup para penemu yang ceritanya penuh dengan inspirasi dan menarik untuk dipelajari. Dengan demikian, jika guru mau memanfaatkan cerita-cerita tersebut maka kemungkinan suasana kelas akan berubah. Para siswa akan dipenuhi oleh semangat di awal sebelum mereka menelusuri konsep-konsep abstrak yang hendak diajarkan.

Dalam pembelajaran sains ada konsep STEAM yang merupakan kepanjangan dari science, technology, engineering, art and mathematic. Kata art menunjukkan bahwa mengajarkan sains memiliki seni tersendiri. Dan sebagaimana kita ketahui bahwa seni merupakan upaya manusia untuk mewujudkan nilai estetika (keindahan) yang dimilikinya. Dengan kata lain, pembelajaran sains pun harus disajikan dalam suatu seni yang membuatnya menjadi menarik dan menggugah semangat para siswa.

salah satu cerita seru di balik sejarah penemuan teori dalam sains adalah kisah Archimedes di zaman Yunani kuno. Suatu ketika Raja Sesilia memesan sebuah mahkota yang terbuat dari emas secara keseluruhan. Namun setelah mahkota emas itu telah selesai raja curiga bahwa mahkota tidak seluruhnya terbuat dari emas, tetapi dicampur dengan logam lain. Untuk itu ia meminta Archimedes yang merupakan penasehat di kerjaaan itu untuk mencari cara membuktikan keaslian mahkota emas.

Hal tersebut membuat Archimedes berpikir tanpa henti. Ia bingung namun tak mau menyerah begitu saja. Archimedes telah mengetahui bahwa setiap zat memiliki kepadatan atau kerapatan yang berbeda-beda sehingga pada suatu volume yang sama tiap-tiap zat memiliki massa yang berbeda. Contohnya segelas emas, kayu dan kapas akan memiliki massa yang berbeda. Masalahnya adalah: mahkota tersebut tidak diketahui volumenya. 

Ide brillian diperoleh Archimedes ketika ia berendam di sebuah bak mandi di pemandian umum yang banyak terdapat di Yunani Kuno. Ketika menceburkan diri ke dalam bak yang airnya penuh Archimedes melihat air tumpah keluar. Ia pun berpikir, jika tumpahan air itu dikumpulkan ke sebuah wadah ukur maka ia akan dapat mengetahui volume tubuhnya. Begitupun dengan volume mahkota. Saking gembiranya, Archimedes lupa memakai baju dan berlari pulang dengan berteriak: eureka!!

Dengan mengetahui volume mahkota maka Archimedes dapat mengetahui massa yang harus dimiliki mahkota yang keseluruhannya terbuat dari emas murni (dengan terlebih dahulu menimbang emas murni sejumlah volume yang sama dengan mahkota tersebut). 

Konsep mengenai kepadatan zat yang berkaitan dengan volume dan massa saat ini dipelajari dengan istilah massa jenis. Bukankah akan lebih menarik siswa jika konsep massa jenis diajarkan dengan sebelumnya mendengarkan kisah Archimedes?

Bacaan lebih lanjut:

Goldston, M.J., Downey, L. (2018). Yor Science Classroom. Thousand Oaks: Sage Publication, Inc.

No comments:

Post a Comment