Wednesday 3 May 2017

Model Pembelajaran MOTORIC

Berbagai model pembelajaran untuk mengajarkan IPA telah dikembangkan. Dalam penggunaannya, kita harus mempertimbangkan tujuan, keunggulan serta keterbatasan yang dimiliki oleh suatu model. Penggunaan model pembelajaran secara sembarangan hanya akan berakhir dengan pembelajaran yang buruk. 

Model Pembelajaran Harus Disesuaikan dengan Tujuan dan Kondisi

Dalam artikel ini akan diulas mengenai satu model pembelajaran yang bernama model MOTORIC. Tujuan utama model ini adalah mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam pembelajaran IPA. Jadi, pembelajaran IPA tidak hanya akan mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tetapi yang utama adalah kesadaran lingkungan bahwa kita sebagai manusia benar-benar membutuhkan alam untuk hidup, serta berbagai macam permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini dan bagaimana sebaiknya sikap dan langkah kita mengatasinya. 

Pendidikan lingkungan dapat diajarkan secara monolitik, artinya terdapat mata pelajaran khusus untuk mengajarkannya. Yang kedua adalah secara integratif, artinya pendidikan lingkungan diajarkan melalui mata pelajaran lain. Dalam model pembelajaran MOTORIC yang dilakukan oleh Sukarjita, dkk. (2014) pendidikan lingkungan diajarkan melalui mata pelajaran IPA SMP.

Model ini menggabungkan tiga pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan kontekstual, pendekatan karakter dan pendekatan multimedia. terdapat tujuh komponen pembelajaran dalam model ini sesuai dengan namanya. Ketujuh komponen tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Motivation, merupakan komponen apersepsi yang bertujuan untuk memotivasi siswa mengikuti pelajaran. Caranya dapat dilakukan dengan memberikan pernyataan atau pertanyaan yang dapat memprovokasi daya tarik siswa.
  2. Observation, siswa melakukan pengamatan baik secara langsung atau pun tidak langsung terkait dengan materi yang akan didiskusikan. Untuk pengamatan langsung siswa dapat melakukannya di luar kelas. Sedangkan pada pengamatan tak langsung dapat dilakukan melalui multimedia yang telah dipersiapkan oleh guru.
  3. Talking, kelompok-kelompok siswa melakukan diskusi terkait dengan pengamatan yang telah dilakukan. Guru menjadi fasilitator untuk membantu kelompok melakukan diskusi.
  4. Orientation, guru mengarahkan agar diskusi yang dilakukan oleh siswa sesuai dengan materi pelajaran saat itu. Peran guru dalam tahapan ini cukup dominan.
  5. Reinforcement, Penguatan dilakukan oleh guru melalui pengetahuan dan sikap-sikap berkaitan dengan konservasi lingkungan yang dapat dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
  6. Implementation, Implementasi dari pengetahuan dan sikap-sikap terhadap lingkungan yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tahapan implementasi ini guru telah menyiapkan suatu Panduan implementasi sikap (attitude implementation guide) untuk membantu siswa. Implementasi dapat dimulai dari sekup kecil seperti ruang kelas, sekolah atau lapangan.
  7. Confirmation, di akhir aktivitas guru mengingatkan siswa untuk selalu melakukan upaya-upaya positif dalam rangka menjaga lingkungan.
Model pembelajaran ini sangat baik dalam mengajarkan pendidikan lingkungan karena secara kontekstual siswa dilatih untuk menjaga lingkungan sesuai dengan materi IPA yang telah mereka pelajari. Namun dari tahapan yang dijelaskan di atas nampak bahwa model ini cukup time consuming. Untuk lebih jelas mengenai model pembelajaran MOTORIC ini dipersilahkan untuk mencari dan membaca referensi seperti yang tertera di bagian bawah artikel.

Referensi:
Sukarjita, I. W., Ardi, M., Rachman, A., Supu, A., & Dirawan, G. D. (2014). The Integration of Environmental Education in Science Materials by Using MOTORIC Learning Model. International Education Studies8(1), 152.

No comments:

Post a Comment