Thursday 18 January 2018

Kartini dan Hak Belajar Perempuan


Tokoh pendidikan, khususnya perempuan, Indonesia tidak akan lepas dari nama Kartini. Seorang perempuan jawa yang hari lahirnya kita peringati bersama, untuk menapaktilasi perjuangannya untuk menuntut hak belajar bagi para perempuan Indonesia yang saat itu belum diakui.

Kartini lahir di Rembang pada tanggal 21 April 1879. Ia adalah anak Bupati Rembang, Raden Mas Adipati Aria Sosroningrat. Meskipun anak seorang bupati, kartini tetaplah seorang perempuan yang saat itu tidak diperbolehkan belajar atau bersekoah. Cita-citanya adalah menjadi dokter, namun tentu saja tidak bisa karena ia sudah tidak diperkenankan sekolah setelah usia 12 tahun.

Kartini gemar membaca dan menulis. Ketika dipingit, ia melampiaskan keinginannya untuk belajar dengan membaca buku-buku belanda yang diperolehnya dari kenalan ayahnya. Ia menulis surat-surat yang berisi berbagai kegalauan pikirannya terkait nasib para perempuan Indonesia sebagaimana yang dialaminya. Surat-surat dengan beberapa sahabatnya dari Belanda itulah yang nantinya akan diterbitkan setelah Kartini meninggal dan banyak menginspirasi para pembaca tidak hanya di Indonesia tetapi juga masyarakat Eropa.

Sebagai seorang muslim kartini mengaji Al Qur'an. Saat itu ia mengaji pada seorang ulama bernama Kyai Sholeh Darat. Ketika Kartini menanyakan apakah perempuan juga diperbolehkan menuntut ilmu, Kyai Sholeh membacakan ayat-ayat iqra' yang memerintahkan umat islam untuk membaca (belajar). Kartini menjadi lebih semangat untuk belajar dan juga mendirikan sekolah khusus untuk perempuan. Perjuangannya didukung oleh suaminya, yaitu Bupati Rembang Adipati Joyodiningrat.

Sayangnya Kartini tidak berumur panjang. Ia meninggal pada usia 25 tahun setelah melahirkan anak pertamanya. Setelah meninggal, sahabatnya dari Belanda mengumpulkan surat-surat Kartini dan menerbitkannya menjadi sebuah buku. Kemudian buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Meskipun berumur pendek namun pemikiran mendalam dan cita-cita Kartini tetap terasa hingga sekarang.

Referensi:
Aning, Floriberta. (2005). 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia. Yogyakarta: Narasi.
https://nasional.tempo.co/amp/868170/cerita-kartini-terenyuh-surat-al-fatihah

Gambar
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kartini

No comments:

Post a Comment