Saturday 18 July 2020

Irama Dalam Pendidikan Anak


Anak sangat menyukai irama dalam hidup. Lihatlah bagaimana seorang ibu menenangkan atau menidurkan bayi mereka dengan mengayun-ayun anak di gendongan atau menyanyikan lagu pengantar tidur tertentu. Keduanya sama-sama mengandalkan irama, baik irama dalam gerakan maupun irama dalam suara. Adalah kodrat anak menyukai irama yang indah.

Ketika anak bermain kita juga dapat menyaksikan irama tertentu. Banyak sekali lagu anak-anak dalam budaya tradisional Indonesia. Demikiam pula dengan permainan tradisional. Di dalamnya terkandung irama yang indah, sesuai dengan kondisi alam yang daerah tropis yang nyaman.

Ki Hadjar Dewantara berkeyakinan bahwa irama dalam gerakan, suara, bentuk maupun warna sangat penting untuk menjadi bahan pendidikan anak. Irama akan ditangkap oleh indera, pikiran dan jiwa anak sehingga mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tenang, beretika dengan sesama, dekat pada alam bahkan Tuhan. Ada banyak sekali permainan dan lagu tradisional yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tersebut.


Pendidikan anak yang hanya berorientasi pada kemampuan berpikir atau kemampuan intelektual hanya akan menghasilkan pribadi yang kaku dan kering. Mungkin mereka dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun kurang memiliki keterbukaan serta empati pada sesama manusia dan lingkungannya. Selain itu jiwa mereka akan kering sehingga mudah terdampak oleh tekanan sosial ekonomi.

Dapat kita temui betapa banyak orang tua dan guru yang terburu-buru untuk mengajari anak mereka dasar ilmu pengetahuan seperti membaca dan berhitung di masa yang sangat dini. Mereka menganggap bermain dan bernyanyi hanya sebagai hiburan dan dilakukan oleh sebagian besar anak karena malas belajar. Mereka menuntut TK tidak terlalu banyak mengajarkan bermain untuk anaknya.

Tanpa disadari tekanan yang terlalu besar pada aspek akademik membuat anak gampang stres dan melakukan tindak kenakalan. Jiwa mereka jauh dari ketenangan dan keseimbangan. Jika pun berprestasi mereka selalu cemas akan jatuh dan dikalahkan. Sekolah menjadi tempat yang sangat menyiksa.

Referensi:
Dewantara, Ki Hadjar. (2004). Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.


No comments:

Post a Comment